Oleh : Abi Melin Monitaria
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keinginan individu sebagai makhluk sosial, seorang manusia membutuhkan rekan untuk bertukar pemikiran dan gagasan ini, upaya yang bisa dilakukan untuk memenuhi hal tersebut adalah tergabung dalam sebuah organisasi. Penulis memaknai bahwa organisasi adalah kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan sama, hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh James D. Mooney, organisasi ialah suatu bentuk perserikatan orang-orang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati. Dalam mewujudkan tujuannya, organisasi memiliki visi misi. Misi ini dijalankan oleh ketua dan jajarannya yang diturunkan melalui kegiatan yang bernama program kerja.
Secara umum, menjalankan program kerja sebagai arah gerakan agar organisasi berjalan lebih terarah, sistematis, membantu menjawab keinginan, dan kebutuhan para anggota. Kemudian lebih luas lagi, program kerja mampu menebarkan manfaat untuk masyarakat serta mempertahankan eksistensi organisasi itu sendiri. Program kerja biasanya dirancang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan, kemudian selanjutnya direalisasikan. Dalam proses mewujudkan dari rancangan menuju kegiatan nyata tentu membutuhkan kerja sama dari jajaran yang berada di dalamnya, baik anggota ataupun para pimpinannya. Untuk mewujudkan program kerja ini bukan hal yang sulit, tapi juga tidak mudah.
Organisasi terbagi dalam berbagai jenis, sesuai dengan basis gerakan dan tujuannya masing-masing. Salah satu organisasi kemahasiswaan yang ada di lingkup kampus yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). IMM merupakan organisasi yang mewadahi para mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginanya, hal ini bisa dilihat dari tri kompetensi dan trilogi IMM. Dimana tri kompetensi ini adalah pencapaian keinginan kemampuan yang diraih oleh kader-kadernya, yaitu religiusitas, intelektualitas dan humanitas. Hal ini menunjukkan bahwa IMM mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan para kader melalui tri kompetensi yang harus dimiliki.
Trilogi dan Tri kompetensi ini sangat erat hubungannya dengan tujuan IMM, yaitu “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.” Dalam pencapaian tujuan tri kompetensi dan trilogi, maka ada hal-hal yang harus dilakukan, yaitu dengan cara menyusun program kerja (progja). Progja ini disusun berdasarkan aturan yang ada dalam IMM itu sendiri, seperti Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART). Terlebih, bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan serta keinginan pimpinan.
Apalagi di IMM, progja sebagai salah satu jalan dakwah. Pembagian bidang yang ada di IMM, progja yang dijalankan bisa menjadi amal jariyah untuk para pimpinan. Misalnya di bidang Tabligh Kajian Keislaman (TKK), menjalankan satu progjanya seperti kajian dengan tema misal nya “IMM Tanpa Pacaran”, dengan mengupas tuntas kerugian yang didapat dari berpacaran. Jika sepulang dari kajian para kader berhenti untuk pacaran, maka hal ini sangat berarti sekali untuk para pimpinan karena telah menyelamatkan kadernya atau secara luas diikuti oleh mahasiswa atau masyarakat umum, maka pimpinan ini telah menyelamatkan kehidupan banyak orang dari bahaya nya gerbang zina ini.
Ini baru satu bidang dan satu tema kajian, masih dari sub terkecil progja, belum lagi dari bidang lain. Seperti Bidang IMMawati mengadakan kajian, “Hijrah itu Indah” dan di dalamnya berisi muatan materi mengenai kewajiban seorang muslimah bahwa seorang muslimah itu wajib menutup auratnya seperti yang terkandung dalam Al-Qur’an Surah al-Ahzab ayat 59 serta ayat lain yang membahas perihal pentingnya menjaga pandangan dan menjaga aurat, maka jika semua IMMawati mengetahui dan paham akan kewajibannya tentang menutup aurat dan setelah tahu mereka terbuka hatinya untuk menerapkan ilmu yang didapat, maka akan sedikit sekali IMMawati yang masih berkeinginan untuk membuka auratnya seperti tidak memakai jilbab yang menutupi dada ketika rapat atau tidak memakai kaos kaki di depan IMMawan.
Alangkah indahnya gerakan ikatan ini jika semua progja bisa dijalankan dan bisa sampai ke hati para kader. Menjalankan progja tidak bisa sebagai formalitas saja, karena masih banyak progja yang dijalankan tanpa esensi istilahnya yang penting diadakan. Jika progja dijalankan tanpa esensi, maka kosong rasanya, habis kegiatan ya sudah kembali lagi seperti semula, pimpinan hanya memfasilitasi tanpa tahu maknanya dan para kader hanya datang untuk absen saja tanpa ada rasa keinginan untuk mempraktikkan. Maka bisa dibilang progja itu tidak berhasil dilakukan secara utuh.
Dalam usaha mewujudkan dan menjalankan progja merupakan tugas utama para pimpinan dimana di antara mereka harus saling bahu-membahu berbagi tugas satu dengan yang lain dengan koordinasi, team work dan berbagai macam strategi. Dibutuhkan dengan bantuan para kader agar menjadi progja yang beresensi menghasilkan kebermanfaatan dan kebaikan jangka panjang. Banyak pula kendala yang dihadapi oleh para pimpinan untuk merealisasikan program kerja, baik itu kendala dari internal atau eksternal. Hambatan yang umum terjadi dari dalam diri mereka antara lain adalah kesibukan sebagai seorang mahasiswa ataupun hal lain membuat sulit untuk menjalankan progja.
Sebenarnya, hambatan-hambatan yang terjadi bisa diatasi ketika ada kemauan dari masing-masing individu. Karena apabila hanya ada satu pihak dari pimpinan yang punya inisiatif untuk mencari jalan keluar atas kendala yang dimiliki, tapi tanpa ada dukungan dari pimpinan lain, maka akan percuma dan tidak akan berjalan. Hal ini bisa dievaluasi dan ditilik oleh setiap jajaran pimpinan di semua level pimpinan, baik itu dari komisariat, cabang, daerah dan pusat. Secara lebih spesifiknya oleh ketua bidang yang sedang menaungi level pimpinan tersebut. Apakah sedang ada kendala mengenai penjalanan progja atau tidak? Jika tidak, perlulah apresiasi untuk para ketua bidang (Kabid), diperbaiki apabila ada yang kurang maksimal atas penyelenggaraan progja dan juga dipertahankan apabila sudah maksimal dilakukan.
Tapi jika sedang ada kendala, sebaiknya diatasi sebelum semuanya berakhir. Karena ketika masa jabatan itu berakhir dan progja yang ditetapkan belum dijalankan, akan berat nantinya pertanggungjawaban amanah yang diemban. Ketika kita menerima Amanah, maka kita akan dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan hadist, “Manusia adalah pemimpin bagi bawahannya, bagi diri sendiri, istrinya, anaknya, suaminya, dan keluarganya. Dan semuanya akan dimintai pertanggungjawaban kelak.”
Pasti dari kita tidak ingin ketika dihisab lebih lama daripada yang lain dikarenakan kita tidak amanah ketika menjadi pimpinan dan pada saat hari perhitungan itu tiba, jangan sampai ada penyesalan karena waktu tidak bisa diputar dan juga dikembalikan. Ada banyak opsi solusi yang bisa dilakukan jika para pimpinan ada keinginan, misalnya di tengah pandemi ini ketika progja tidak bisa dilakukan secara langsung, maka bisa mengambil pilihan dengan dilakukan secara daring dengan berbagai pilihan aplikasi yang tersedia di ruang digital. Semoga semua nya bisa dibenahi dan dibangun secara bersama, karena rumah tidak akan jadi rumah ketika tidak ada dinding, atap atau lantainya.
illust, edit: @faaedah
Komentar
Posting Komentar