Langsung ke konten utama

RIS Beroperasi, IMM Metro Harus Apa?

Oleh: Utara Setia Nughara

Organisasi merupakan sebuah perkumpulan yang berbasis ideologi. Di mana organisasi merupakan sebuah kekuatan, terutama organisasi mahasiswa. Organisasi mahasiswa memikul tugas-tugas mahasiswa sebagai agen of change, yang mana hal itu harus benar-benar di implementasikan dalam setiap program.

Kota Metro yang mengklaim sebagai kota pendidikan di Lampung dengan memiliki 59 Sekolah Dasar, 27 Sekolah lanjut tingkat pertama, 43 Sekolah lanjutan tingkat atas, dan 14 Perguruan Tinggi, seharusnya menjadi basis bagi banyak sekali OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) seperti IMM Metro, HMI Metro, KAMMI Metro, PMII Metro, KMHDI Metro dan GMNI Metro dimana mereka harusnya menjadi wadah pembinaan calon pemimpin masa depan.

Kota Metro seperti yang sudah diketahui merupakan sebuah kota yang tidak asing lagi bagi dinamika sejarah Provinsi Lampung, dimana kota ini menjadi saksi proses perjuangan para kaum kolonis Jawa dalam membangun sebuah peradaban di tanah Sumatera. Kota Metro sendiri merupakan ibukota Kolonisasi Sukadana, penjelasan tersebut tentu saja sangat penting untuk digali, tidak hanya hal tersebut merupakan jejak historis, tetapi juga itu merupakan pembelajaran yang harus dipahami oleh semua pihak di Metro terutama OKP setingkat cabang di Metro.

Akan tetapi sekarang OKP tergolong mengabaikan sejarah tempat ia berdiri. tentu saja hal itu sangat mengejutkan bagaimana OKP yang akan menciptakan generasi pemimpin tetapi tidak perduli dengan sejarahnya sendiri. Padahal jika diamati, Kota Metro sendiri memiliki banyak sekali bangunan-bangunan yang syarat akan nilai historis bahkan itu bisa jadi sebagai ODCB (Objek Dugaan Cagar Budaya). Berbicara tentang cagar budaya, belum lama ini telah ditetapkan dua Cagar Budaya di Kota Metro, yaitu Klinik Santa Maria dan Rumah Dokter (Dokterswoning) yang mana itu semua merupakan kerja keras dari seluruh pihak terutama Komunitas Penggiat Sejarah Kota Metro.

Rencana selanjutnya Rumah Dokter tersebut akan dijadikan museum akan tetapi karena itu merupakan proses yang sangat lama, maka diputuskan Rumah Dokter tersebut dijadikan Rumah Informasi Sejarah (RIS) terlebih dahulu.

Dari kedua hal tersebut, tentu tidak terlihat peran OKP yang mengatasnamakan Cabang Metro. Tentu saja itu merupakan sebuah hal yang memalukan dimana pergerakan OKP kalah dengan Komunitas padahal jika ditinjau dari kelengkapan organisasi. OKP harusnya lebih unggul, mereka memiliki SDM yang lebih banyak dan fasilitas yang mempuni jika dibandingkan dengan Komunitas. Akan tetapi karena kegagalan dalam pengkaderan dan mengkerucutnya pergerakan maka hal tersebut bias terjadi.

Dalam insinuasi tadi mungkin argumen, “Kami masih dalam tahap pembelajaran,” atau, Ini tidak ada hubungan dalam menciptakan pemimpin,” dirasa belum bisa untuk membungkam fakta yang terjadi. Tetapi itu malah akan membuka keran masalah baru yang harus dihadapi. Karena jika ingin membentuk pemimpin yang baik tentu saja harus membekali pemimpin itu dengan pengetahuan, tapi dari sejak RIS menggelar acara-acara akademis, tidak terlihat adanya kehadiran OKP. IMM yang merupakan salah satu ortom Muhammadiyah harusnya memiliki kedekatan dengan RIS yang dulunya adalah Rumah Dokter (Dokterswoning), karena dr. Soemarno yang merupakan dokter pertama yang tinggal di rumah itu turut berperan sebagai adviseur Muhammadiyah ketika itu dan Asisten Wedana Metro juga turut tergabung menjadi anggota Muhammadiyah. Maka tidak heran IMM harusnya datang untuk menggali lebih dalam tentang muhammadiyah supaya semangat muhammadiyah pada waktu itu dapat direplikasi untuk mengevaluasi arah gerakan IMM yang akan datang.

Maka dari itu penting sekali IMM Kota Metro untuk mulai membuka ruang dalam bergerak agar kader-kadernya dapat belajar tentang sejarah kota tempat mereka berdiri sekarang, Selain itu diharapkan agar mereka dapat memetik sebuah nilai dari perjuangan tokoh dimasa lalu supaya dapat dijadikan semangat dalam ber- Fastabiqul khairat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masta Dan Makasa PK IMM FKIP UM Metro Diikuti Oleh Ratusan Peserta

  Metro - Ratusan peserta antusias untuk mengikuti Masa Ta'aruf (MASTA) dan Masa Kasih Sayang (MAKASA) Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas muhammadiyah (UM) Metro yang bertema "Membangun Mahasiswa FKIP yang berintegritas dan berjiwa sosial melalui semangat keilmuan dan Keislaman" , yang b ertempat di aula Gedung Buya Hamka UM Metro pada Sabtu, (21/09/ 2024 ).  Acara yang diselenggarakan oleh  PK IMM FKIP UM Metro ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro serta untuk penguatan ikatan antar mahasiswa khususnya mahasiswa dilingkungan FKIP. Kegiatan ini diikuti oleh 250 peserta dari seluruh prodi yang terdapat di FKIP UM Metro. Dalam sesi pembukaan, Dekan FKIP UM Metro Dr. Arif Rahman Aththibby M.Pd.Si , menyampaikan bahwa “IMM adalah rumah yang mewadahi setiap HMPS, dengan harapan yang tulus untuk mewujudka...

IMM FEB UM Metro Adakan Training Dasar Organisasi untuk Kader Baru

  Metro, 16 November 2024 – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Metro (UM Metro), melalui Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), mengadakan Training Dasar Organisasi pada Sabtu, 16 November 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas kepemimpinan dan organisasi di kalangan mahasiswa, dengan mengusung tema "Membangun Kader Tangguh: Pemimpin Muda Berintegritas, Terampil Berorganisasi, dan Profesional dalam Sidang" . Acara tersebut berlangsung di Aula Gedung Raden Soedirman, Kampus 1 UM Metro, mulai pukul 06.30 WIB hingga selesai. Training ini diwajibkan bagi mahasiswa angkatan 2022, 2023, dan 2024, sebagai bagian dari langkah strategis dalam membekali kader IMM dengan kompetensi dasar dalam kepemimpinan dan organisasi. Kegiatan ini dirancang untuk memperkenalkan konsep-konsep dasar dalam berorganisasi, serta memberikan keterampilan yang diperlukan agar para peserta dapat memimpin dengan efektif dan bertanggung jawab. Selain itu, IMM FEB UM Met...

JANGAN JADIKAN MEMBACA SEBAGAI HOBI

    Oleh : Kens Geo Danuarta Mahasantri Imadul Bilad 'Aisyiyah Kota Metro Ngantuk, bosen, gak hobi, kalimat yang akan sering kita jumpai saat kita membahas tentang kegiatan membaca. Kumpulan huruf yang membentuk kalimat demi kalimat itu memang terkesan membosankan, tidak tampak menarik, apa menariknya lembaran kertas yang berkumpul dalam sebuah buku? Tidak ada, bagi mereka yang tidak tahu cara menikmatinya.  Mari kita bawa sebuah analogi ringan untuk memebahas masalah ini, sebagai orang Indonesia tidak bisa rasanya kita berpisah dari sebuah makanan yan g Bernama ‘Nasi’ bahkan Sebagian orang belum mengatakan dirinya sudah makan jika belum memakan Nasi padahal sudah memakan makanan dengan kandungan yang sama dengan Nasi dan mencukupi kebutuhan harian badan, namun jika belum memakan Nasi maka dia tetap akan mengatakan bahwa dirinya belum makan. Tetapi coba bayangkan, sepiring Nasi dihadapan kita tanpa didamping atau disetai dengan lauk lainya, hanya Nasi saja. Apa yang dapat...