Istilah pembual tentu saja sangat umum akan tetapi
mungkin jarang digunakan dalam percakapan secara luas, mungkin jika dicari definisi
pembual secara umum adalah seseorang yang berbicara semaunya sendiri hanya
untuk menarik perhatian orang di sekelilingnya agar mendengarkan
pembicaraannya. Jika melihat di
negeri Indonesia banyak sekali pembual, yang mana mereka pandai mempengaruhi
orang lain akan tetapi sangat minim narasi intelektual. Ya, memang membual sangat menguntungkan karena
terlihat seolah-olah pandai tapi sebenarnya “tidak”. Akan tetapi fakta yang
terjadi sekarang banyak pembual yang dipuji masyarakat karena seolah-olah
pandai namun menyesatkan.
Sekarang banyak sekali contoh para pembual yang
sukses dipercaya namun menyesatkan publik, seperti kasus Dwi
Hartanto salah satu orang yang mengaku memiliki kecerdasan dan prestasi
mentereng di luar negeri
sampai bahkan ada yang menjulukinya sebagai “the next habibie” akan tetapi itu
semua cuma
bualan. Selain itu banyak
kasus mualaf yang mendadak menjadi ustad, salah satu contoh adalah Bangun Samudra yang mana mengaku lulusan luar negeri, doktor teologi
dan mantan pastor yang ternyata hanya bualan saja. Kasus Affiliator bodong Indra kenz yang juga sukses menipu publik dengan
bualnnya agar orang tertarik mengikuti jejaknya. Mereka semua sukses untuk membohongi publik. Jika
kita telaah lagi para politisi dan intelektual kita juga diisi oleh orang-orang
seperti itu sehingga banyak sekali korupsi dan ketidakjujuran di mana-mana.
Dampak yang timbul karena hal itu adalah
menyesatkan publik, karena informasi yang mereka lontarkan dari mulut mereka
biasanya palsu, bahayanya jika itu dipercaya maka akan mengakibatkan disepsion informasi yang berlangsung di
dalam masyarakat dan dalam waktu yang lama.
Selanjutnya dampak yang ditimbulkan adalah
menulari orang lain, kebanyakan orang akan tertarik dengan cara mereka menjual
bualan mereka, yang mana orang pasti banyak yang meniru cara mereka dengan
banyak berbicara daripada mendengar atau membaca. Mereka akan menitiberatkan
kepada kemampuan berbicara daripada kemapuan berpikir dengan akal sehat dan
hati nurani.
Penyebab banyaknya pembual salah satunya disebabkan
karena rendahnya minat mencari ilmu, kebanyakan orang malas untuk membaca
ataupun berfikir akan tetapi ingin banyak membagi ilmu, sebenarnya itu semua
satu paket dengan kegagalan pemerintah meningkatkan minat baca dan kualitas
pendidikan di indonesia. Yang kedua adalah gapang menjadi pusat perhatian,
orang yang pandai berbicara akan senangtiasa menjadi pusat perhatian yang mana
kebanyakan orang akan menjadi terpukau padahal apapun yang mereka bawa adalah informasi
yang salah.
Padahal islam sendiri tegas dalam hadist
mengatakan
“Barangsiapa
yang banyak bicara, maka banyak kelirunya. Barangsiapa yang banyak kelirunya,
maka banyak dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka neraka lebih baik
baginya.” (HR Thabrani).
Selain itu juga di jelaskan dalam hadits lain
yang bunyinya “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
Hari Akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diam” (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Dari
hadits diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam berbicara itu harus dengan
ilmu pengetahuan agar tidak keliru dan menyesatkan orang banyak. Orang harusnya lebih banyak diam mendengar dan
berpikir dari pada berbicara tanpa subtansi.
Jika kita benar-benar islam yang baik marilah
kita meninggalkan budaya membual dan lebih banyak berkontemplasi. Jangan sampai
kita salah dalam memahami arti dakwah, dan jangan sampai suatu saat ketika
kita berdakwah bukannya menghasilkan kebaikan malah menghasilkan keburukan
karena kurangnya ilmu pengetahuan. Memang kita disuruh berdakwah walaupun hanya
satu ayat, akan tetapi itu semua harus disesuaikan dengan banyak faktor dan
pernyataan itu tidak bisa diterjemahkan langsung secara literal harus dipahami
secara mendalam.
Tulisan ini tidak bermaksud mencegah seseorang
berbicara atau menghujat orang dengan berkemampuan public speaking yang baik, akan tetapi tulisan ini semata-mata
hanya sebuah kritik dari fenomena sekarang, yang mana orang-orang sekarang ini lebih
banyak berbicara dari pada berpikir dan orang yang bodoh tapi fasih berbicara
namun di percaya oleh masyarakat.
Komentar
Posting Komentar