Langsung ke konten utama

REFLEKSI HARI KEMERDEKAAN

 


17 Agustus sebagai hari peringatan kemerdekaan mengingatkan penulis tentang peristiwa pasca proklamasi, yang mana walaupun kita sudah menyatakan kemerdekaannya tetapi kita masih dalam kondisi terjajah. Memang banyak sekali aksi heroik dalam peristiwa setelah kemerdekaan atau yang sering orang sejarah bilang Masa Revolusi Fisik, yang mana dalam definisi disebut masa penjajahan Belanda setelah proklamasi kemerdekaan (Nugraha, 2021).

Jika kita memakai teori siklus yang mengatakan bahwa  perubahan sosial yang terjadi pada rakyat tidak direncanakan atau diarahkan, tapi umumnya membuat pola yang berulang (Fajar, 2019). Dalam pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa peristiwa atau kejadian ini memiliki pola berulang.

Maka sebenarnya Indonesia saat ini masih di masa revolusi, walupun bukan fisik. Ada beberapa analisis peristiwa yang menandakan bahwa kita ini masih berada dalam masa revolusi :

Yang pertama adalah ketidakmerataan kemerdekaan di setiap daerah dan individu Sebagian orang menganggap Indonesia masih terjajah dalam segala aspek. Sebenarnya itu bukan sekedar tuduhan tapi itu diucapkan sendiri oleh Menko PMK Muhadjir Effendy dalam, peringatan HUT RI ke-76. Jadi itu sama seperti ketika masa revolusi fisik, yang mana saat itu kita sudah memproklamirkan kemerdekaan tapi Belanda masih menjajah kita.

Yang kedua propagnda kemerdekaan sangatlah masif pada masa itu, sekarang jika dilihat, banyak istilah merdeka digaungkan dalam seluruh lini, baik dari pendidikan, ekonomi dan masih banyak lagi seperti contoh adanya propaganda merdeka belajar,merdeka financial dan lain sebagainya. Sama seperti dahulu ketika pasca kemerdekaan hampir seluruh tulisan di dinding dan surat kabar berisi propaganda tentang kemerdekaan.

Yang ketiga Terbentuk segregasi di sebagian daerah, antara budaya, hukum dan agama. Jika kita melihat sekarang ini banyak sekali perpecahan dengan basis sektarian, contohnya di sisihkannya paham Wahabi Salafi, Syiah dan faham HTI. Selain itu adanya ketakutan terhadap ideologi Marxis, Komunis yang mana ketakutan dan perpecahan itu juga pernah terjadi pada masa revolusi fisik, contoh pemberontakan PKI Musso dan pemberontakan DI/TII.

Maka dari itu sebenarnya jika kita analisis lebih dalam, dan menarik diri lagi pada sebuah sintesis yang bersifat umum, maka dapat disimpulkaan bahawa kita jauh dari kemerdekaan.

Akan tetapi yang menjadi pertanyaan, kenapa kita bereuforia dengan ketidakmerdekaan kita. Apakah arti merdeka bagi masyarakat indonesia. Kenapa semua konsep merdeka yang digaungkan selalu gagal menciptakan pemahaman dan rasa kemerdekaan yang komprehensif bagi seluruh rakyat Indonesia. Ya, ini sama seperti saat revolusi fisik karena di tahun 1946 dan 1947 rakyat tidak mengerti apakah sesungguhnya arti merdeka itu (adams, 1984). Dari pengertian itulah sebenarnya zaman yang sedang dialami Indonesia saat ini bergerak mundur kebelakang, di masa kita belum merdeka.

Dari penjelasan tersebut sebenarnya kita semua belum pantas dinyatakan merdeka dan belum pantas beruforia merayakan kemerdekaan, maka dari itu kepalsuan yang dibangun hari ini harus dihancurkan.

Penghancuran kepalsuan ini bisa dilakukan dengan nalar kritis akan tetapi apakah fasilitas pendidikan di Indonesia menyediakan hal tersebut ?. Jika melihat seluruh pengajaran atau kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini masih bersifat terpusat dan cenderung dogmatis, seolah olah guru adalah sumber keilmuan yang tidak dapat dibantah. Padahal lmu yang bisa dipertengkarkan lagi adalah ilmu pengetahuan yang paling baik. Selain itu ada sebab lain kenapa kepalsuan itu sulit hilang yaitu adanya konsep feodalisme yang marak bahkan terjadi di birokrasi institusi besar.

Maka dari itu sebagai intelektual haruslah banyak berkontemplasi lagi dan harus lebih banyak berfikir karena untuk menguraikan kata merdeka harus dengan pikiran, bukan dengan euforia yang tidak berguna.

 

Daftar referensi

Adams, C. (1984). Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Pt Gunung Agung.

Fajar, A. S. (2019). Perspektif Ibnu Khaldun Tentang Perubahan Sosial. Salam Jurnal Sosial & Budaya Syar-I , 6 (1) : 1-12.

Nugraha, U. S. (2021). Tugu Mardirahayu Dan Kenangan Agresi Militer Belanda Di Lampung. In B. R. Adi Setiawan, Menyebar Semangat Sejarah Lokal (Pp. 94-101). Metro: Aura .

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masta Dan Makasa PK IMM FKIP UM Metro Diikuti Oleh Ratusan Peserta

  Metro - Ratusan peserta antusias untuk mengikuti Masa Ta'aruf (MASTA) dan Masa Kasih Sayang (MAKASA) Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas muhammadiyah (UM) Metro yang bertema "Membangun Mahasiswa FKIP yang berintegritas dan berjiwa sosial melalui semangat keilmuan dan Keislaman" , yang b ertempat di aula Gedung Buya Hamka UM Metro pada Sabtu, (21/09/ 2024 ).  Acara yang diselenggarakan oleh  PK IMM FKIP UM Metro ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro serta untuk penguatan ikatan antar mahasiswa khususnya mahasiswa dilingkungan FKIP. Kegiatan ini diikuti oleh 250 peserta dari seluruh prodi yang terdapat di FKIP UM Metro. Dalam sesi pembukaan, Dekan FKIP UM Metro Dr. Arif Rahman Aththibby M.Pd.Si , menyampaikan bahwa “IMM adalah rumah yang mewadahi setiap HMPS, dengan harapan yang tulus untuk mewujudka...

PK IMM FAI UM Metro Sukses Gelar Futsal: Ajang Silaturahmi dan Solidaritas Mahasiswa

Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Metro sukses menggelar kegiatan futsal dengan tema "Selamat Bermain Futsal". Acara ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas dan berlangsung di lapangan Intan Futsal pada Senin (16/9/2024). Kegiatan ini bukan hanya sekadar ajang olahraga, tetapi juga menjadi sarana silaturahmi antar mahasiswa. Dengan suasana yang penuh semangat dan kebersamaan, acara ini diharapkan mampu mempererat persaudaraan antara anggota IMM dan seluruh peserta yang hadir. Suasana lapangan futsal diisi dengan keceriaan dan semangat kompetisi yang sehat antar peserta. Menurut M. Idham Kholid, Ketua Bidang Seni Budaya dan Olahraga PK IMM FAI UM Metro, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat silaturahmi antar kader IMM. Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan futsal ini menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan solidaritas dan kebersamaan di kalangan kader IMM, serta me...

Gelar DAD, IMM FAI UM Metro Usung Loyalitas dan Progresifitas Kader

  Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Metro sukses menggelar kegiatan Darul Arqam Dasar (DAD) dengan tema "Optimalisasi Nilai Tri Kompetensi Dasar dalam Merekonstruksi Loyalitas dan Progresifitas Kader". Acara yang berlangsung di SMK Muhammadiyah 2 Metro ini berlangsung selama empat hari, mulai dari tanggal 7 hingga 10 November 2024. Kegiatan DAD ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kader IMM tentang nilai-nilai dasar Tri Kompetensi yang meliputi Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas. Selain itu, kegiatan ini juga menekankan pentingnya loyalitas dan progresivitas dalam diri kader IMM sebagai generasi penerus yang mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat dan umat. Selama kegiatan, para peserta mengikuti berbagai rangkaian kegiatan seperti materi penguatan ideologi, diskusi kelompok, serta praktik kepemimpinan dan kerjasama. Dengan didampingi oleh para instruktur dan pemateri berpen...