Indonesia
merupakan negara yang memiliki potensi alam yang berlimpah. Perekonomian
memegang peran yang sangat penting dalam mempertahankan dan memajukan suatu
negara. Jika suatu sistem perekonomian yang dianut suatu negara tidak dapat
menjaga stabilitas dan mengembangkan perekonomiannya, maka negara tersebut
berada diambang kehancuran.
Sudah waktunya paradigma ekonomi kerakyatan
diaplikasikan secara serius. Tidak ada lagi hak istimewa bagi sektor usaha
besar yang pada gilirannya hanya akan membunuh pengusaha kecil dan menengah.
Mengoptimalkan sumber daya potensial yang dimiliki sebagian besar warga
masyarakat, yang sekian lama tersembunyi dibalik pusaran arus kapitalisme yang
mematikan dan tidak memiliki kesempatan untuk tumbuh.
Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat
akhir-akhir ini menyita perhatian publik seiring dengan menguatnya kesadaran
masyarakat untuk mengambil peran secara lebih emansipatif dalam proses
pembangunan. Kondisi ini telah berimplikasi terhadap semakin terbukannya
peluang bagi aktivis-aktivis sosial untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan
berbasis komunitas atau akar rumput melalui skema aksi-aksi pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.
PAYUNGI (Pasar Payung Pelangi) merupakan
pasar tradisional seperti pasar pada umumnya yaitu ada pedagang da nada pembeli
tetapi salah satu yang membedakan antara Payungi dengan pasar pada umumnya
adalah Pasar Yosomulyo Pelangi (payungi) memberikan kesan bersih rapi tidak
seperti pasar yang sering dikenal dengan kekumuhannya. Yang lebih menarik lagi
adalah pasar payungi ini dibangun dengan kerjasama antar warga yaitu gotong
royong yang dilakukan sebelum dan sesudah pegelaran.
Sejarah Pasar Yosomulyo Pelangi berawal dari
ide kreatif yang dimunculkan oleh bapak Dharma Setyawa M.A yang merupakan
penggerak Ayo ke Dam Raman, awal mulanya payungi terinspirasi dari wisata yang
berada di jawa barat yaitu wisata Papringan, wisata kuliner yang tepatnya
dibawah pohon bamboo yang diminati oleh wisatawan. Lebih tepatnya Pasar
Yoomulyo Pelangi di gelar di pemukinam warga setempat.
Pasar Yosomulyo Pelangi resmi dibuka pada
tanggal 28 Oktober 2018 dan diresmikan langsung oleh Wali Kota Metro, Ahmad
Pairin S.Sos. Pasar ini merupakan gagasan dari Generasi Pesona Indonesia
(Genpi) Lampung yang bekerjasama dengan masyarakat Yosomulyo, Kota Metro.
Dengan dibukanya Payungi, hal ini memberikan kesempatan kepada warga untuk
dapat melakukan aktivitas yang bernilai ekonomis.
Warga dapat melakukan aktivitas jual beli dan
juga menciptakan produk baru yang menarik. Selain itu, dengan adanya pasar ini
juga memberikan kesadaran pada kalangan anak muda seperti mahasiswa untuk dapat
melakukan inovasi dan mengembangkan jiwa enterpreneur mereka.
Salah satu masyarakat Kota metro turut
merasakan dampak positif dari adanya pasar paying pelangi tersebut. Yaitu
bernama Dwie yang penulis jumpai untuk diwawancarai. Menurutnya adanya
pemberdayaan lokal di Kota Metro begitu menaikkan dampak perekonomian
masyarakat.
“Tanggapan saya mengenai adanya pasar payungi
ini adalah sangat positif, kegiatan yang di lakukan bukannya tentang
perekonomian namun juga nilai nilai pendidikan serta kerohanian juga di
pikirkan.. ada ya payungi ini yang setiap hari Ahad dapat membantu perekonomian
warga sekitar serta memper erat tali silaturahmi di antara warga tersebut. Gotong
royong pun sering di adakan dan ini juga menjadi wasilah salah satu eratnya
hubungan antar sesama warga.” Ungkap dwie pada 21 Agustus 2022.
Bahkan Dwie berharap Payungi dapat terus
eksis di Kota Metro untuk Pemberdayaan Ekonomi.
“Kesan dan pesan nya semoga payungi semakin
maju dan berkembang, serta dapat menoreh warna positif lebih banyak lagi bagi
desa yang lain. Semangat pemberdayaan jarkon payungi "siap salah menolak
kalah".” Tambahnya.
Jauh kebelakang, sebelum adanya pasar
payungi, pemberdayaan masyarakat di kota metro tampak biasa-biasa saja. Seperti
pada umumnya, ada pasar, ada penjual dan ada pembeli. Namun kehadiran Payungi
memberikann dampak Innovative bagi masyarakat dalam hal perekonomian.
“Perbedaan nya lumayan membantu mas, yang
tdinya hanya ibu rumah tangga sekarang setiap Minggu memiliki penghasilan
sendiri. Dan ada juga malah ibu ibu yang dapat mencapai omset 4-8jt per
gelaran.” Ujar Mahasiswi berusia 23 Tahun tersebut.
Oleh : Bugis Adi Tyon
MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
#DAMNASJAKTIM #PCIMMJAKTIM
#MELAWAN #IMMPEDULI
#KEMANUSIAANTANPABATAS
#MAHASISWA
Komentar
Posting Komentar