Langsung ke konten utama

KADER PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH HARUS PROGRESIF DI ERA MODERN

Oleh: Noval Sahnitri 

 Berbicara kader persyarikatan tentu sudah tidak asing lagi bagi kalangan Muhammadiyah. Dalam Muhammadiyah, kader persyarikatan merupakan tokoh yang penting untuk memikirkan dan melangsungkan kemajuan persyarikatan Muhammadiyah dan Ortomnya. Dalam hal ini penulis menyampaikan bagaimana menjadi Kader Persyarikatan yang Progesif. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata progresif sendiri berarti 1 ke arah kemajuan; 2 berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang (tentang politk); 3 bertingkat-tingkat naik (tentang aturan pemungutan pajak dan sebagainya).


Penulis mengutip 3 hal tadi sebagai berikut : 

1. Kemajuan 
Kemajuan tentu harus dilakukan kader Persyarikatan dalam bertindak. Ada 3 poin penting dalam kemajuan: yang pertama kemajuan keilmuan, merupakan suatu keharusan yang semestinya di hadirkan dalam diri kader persyarikatan muhammadiyah. Apa arti ketika persyarikatan dipimpin oleh kader-kader yang tidak memiliki keilmuan yang mumpuni. Pada saat ini banyak sekali yang mengaku sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah akan tetapi keilmuan mereka terkadang diragukan. Misalnya dalam hal literasi berapa banyak kader persyarikatan yang kemudian bisa menyelesaikan bacaan beberapa buku atau bahkan satu buku. Ironisnya lagi buku bacaan tentang berkaitan persyarikatan Muhammadiyah dan ortom tidak sedikit kader persyarikatan yang membacanya. Semisal AD/ART Muhammadiyah dan Ortom masing-masing berapa kader yang sudah membacanya. Minimal ketika merasa dirinya menjadi kader persyarikatan seharusnya menguatkan bacaan-bacaan tersebut. Bagaimana kemudian sebuah persyarikatan akan di katakan maju? Ketika kader-kader nya tidak mengawalinya dengan literatur yang sudah disediakan oleh persyarikatan. Maka awal yang perlu dilakukan oleh kader persyarikatan untuk menjadi landasan bergerak adalah dengan membaca, membaca, membaca dan berkarya. 

 Yang kedua Kemajuan Sosial definisi dari kemajuan sosial sendiri dari berbagai sumber memiliki beraneka ragam makna Salah satunya tentang kesejahteraan dalam hidup. Menurut penulis tidak hanya sebatas itu Kemajuan sosial merupakan suatu aktivitas yang harus dilakukan dalam kehidupan bersama manusia secara terus menerus. Bagaimana caranya ketika untuk kita mengenal dan memahami lingkungan rumah, keanekaragaman SARA dan lain sebagainya. Dengan bersosialisasi tentu juga bisa membantu dalam kesejahteraan hidup. Siapa tau dari bersosialisasi dengan siapapun itu tanpa memandang bulu kita akan mendapatkan informasi yang sekiranya bisa bermanfaat dalam kehidupan masing-masing. Maka sebagai kader persyarikatan tentu nya kita perlu memahami Kemajuan Sosial secara komprehensif. Kenapa hal itu demikian harus kita pahami? Karena sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah kita tidak bisa melepaskan terkait kemajuan sosial. Tidak mungkin kita hanya akan terus menerus hanya bernaung di Muhammadiyah saja. Maka muhammadiyah hadir dengan adanya Dakwah Komunitas. 
Berikut beberapa komunitas yang menjadi sasaran dakwah komunitas Muhammadiyah adalah: 
1.Komunitas Kelas Atas
2.Komunitas Masyarakat Kelas Menengah
3.Komunitas Masyarakat Kelas Bawah
4.Komunitas Kelompok Marjinal 
5.Komunitas Virtual 
6.Komunitas Khusus 

Kader persyarikatan harus mulai mencoba dan mampu untuk memahami segala lini terkait sasaran-sasaran dakwah baik di internal dan eksternal Muhammadiyah. Selain itu juga KH Ahmad Dahlan menghadirkan Teologi Surat Al Maun yang sampai hari ini kita rasakan dalam lingkup dakwah Muhammadiyah, walaupun belum bisa dikatakan menyentuh semua kalangan secara utuh, misalnya dalam hal pendidikan yang hari ini sangat luar biasa perkembangan nya yang pesat. Akan tetapi penulis menyarankan agar muhammadiyah bisa lebih inklusif lagi dengan cara memahami ajaran teologi Surat Al Maun. Maka dari itu kader persyarikatan harus segera memikirkan bagaimana nasib orang yang benar-benar membutuhkan rangkulan kita. 


 Yang ketiga kemajuan teknologi, teknologi hari ini bisa dikatakan hampir serba-serbi digitalisasi yang sangat luar biasa, bahkan sampai detik ini meluluhlantakkan kehidupan manusia tanpa kita sadari secara tidak langsung. Mulai saat ini kader persyarikatan harus berinovasi bagaimana di era serba digital ini bisa menjadi ladang dakwah yang bermanfaat. Dalam artikel Muhammadiyah or.id yang berjudul “Mewujudkan Kesalehan Digital di Media Sosial” Bahwa Ketua LPPA PP ‘Aisyiyah Alimatul Qibtiyah Periode lalu menjelaskan konsep saleh dan ihsan di era digital saat ini. Alim menyampaikan bahwa kata saleh berasal dari shaluha-yashluhu-shalahan yang artinya baik, tidak rusak, dan patut. Orang salih berarti adalah orang yang baik, yang tidak merusak, orang yang patut, serta orang yang mendamaikan. Ternyata dalam bermedia sosial kita harus memiliki konsep kesalehan digital, maka dalam hal ini kader persyarikatan harus berhati-hati dan mencermati dalam segala aktivitas yang dilakukan di era digitalisasi ini. Dunia bisa terancam ketika kita tidak bisa menghadirkan kedamaian dalam bermedia sosial dan tidak menelaaah informasi yang masuk dengan mengutamakan tabayyun terlebih dahulu. Mari kita hadirkan segala aktivitas di era digital ini dengan mengingat kepada Allah agar apa yang di sampaikan bisa menjadi nilai ibadah dan bermanfaat. Pada hal ini jangan sampai ketika menjadi kader persyarikatan termakan sendiri oleh kemajuan teknologi yang begitu pesat karena kita tidak mampu mengontrolnya dengan baik. Maka hadirkanlah kesalehan digital itu dalam diri kita masing-masing 


2. Terus Berbenah
Di dalam persyarikatan Muhammadiyah maupun Ortom berbagai dinamika menjadi tantangan yang begitu rumit baik secara internal maupun eksternal. Perlu disadari atau tidak bahwa di dalam persyarikatan Muhammadiyah maupun ortom ternyata kita tidak terus berbenah yang ada hanya terus menyalahkan segala hal termasuk saling menyalahkan satu sama lain. Ketika ada si A pelaku yang bermasalah maka akan menjadi titik yang selalu diperhatikan yang pada akhirnya sampai kapanpun menjadi pembahasan yang seakan-akan dia yang paling salah. Pada akhirnya berimbas terhadap persyarikatan itu sendiri yang sehingga membuat roda organisasi tidak berjalan dengan masif. Seharusnya sebagai kader persyarikatan kita harus terus berbenah bersama-sama bukan menyalahkan suatu hal. Saya rasa kader-kader persyarikatan sudah tau dengan yang namanya konflik konstruktif dan destruktif. Kalau memang kita ingin membangun persyarikatan ini menjadi lebih baik maka ayo kita diskusikan bagaimana baiknya dan mari terus berbenah diri dan membenahi persyarikatan bersama-sama. Akan tetapi ketika kita tidak mau berbenah diri dan tidak membenahi persyarikatan maka jangan harap sebuah persyarikatan akan mengalami perkembangan yang baik. Ketika Pimpinan umum berdiskusi membahas si A dan seterusnya begitupun sebaliknya ketika anggota pimpinan berdiskusi membahas para pimpinan umumnya. Maka pasti tidak akan ada kemajuan di dalamnya dan yang ada hanya kehancuran secara perlahan-lahan. Padahal permasalahan yang harus dihadapi bukan seperti itu cara menyikapinya akan tetapi diselesaikan dengan cara berdiskusi karena sejatinya ada problematika lain yang harus diselesaikan terutama di era modern saat ini. Maka dari itu kita selaku kader persyarikatan harus terus berbenah dalam segala aspek diri sendiri maupun dalam persyarikatan dengan cara selalu terus bertemu kemudian berdiskusi yang baik untuk kemajuan persyarikatan. 


3. Bertahap (Step By Step) 
Sekarang kita masuk penjelasan yang terakhir yaitu bertahap dalam bingkai Step By Step. Tentu dalam sebuah persyarikatan kita akan melalui berbagai dinamika yang begitu komplek. Sebagai kader persyarikatan kita harus mampu memilih dan memilah terhadap semua persoalan yang hadir. Dalam artian mana yang bisa diselesaikan terlebih dahulu agar lebih sistematis, sering kali kita menjumpai berbagai permasalahan tetapi pada akhirnya masalah tersebut tidak selesai atau malah bertambah lebar kenapa demikian hal itu terjadi? Kita tidak memahami persoalan yang hadir atau terkadang kita bingung untuk menangani permasalahan tersebut. Sekiranya sebagai kader persyarikatan kita seharusnya memetakan dan membentuk tim untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan ikhtiar dan sabar tentunya. Kalau misalnya timnya hanya sedikit ataupun sendiri ya ikhtiar dulu setidaknya dengan berbagai cara, atau bisa meminta bantuan dengan orang lain. Jangan langsung kemudian menyimpulkan yang tidak baik terhadap orang lain akan permasalahan yang hadir. Nah seringkali juga permasalahan dalam program kerja kita dilematis dalam menentukan waktu atau yang lainnya. Sebenernya sederhana, kenapa kita tidak merumuskan dari yang terkecil sampai yang terbesar tentu itu lebih baik. Dan ketika merumuskan disesuaikan dengan kemampuan kita dalam mengukur waktu. Maka dengan hal tersebut kegiatan kita akan menjadi tolak ukur dan teruk ukur. Semisalnya ada permasalahan yang hadir dalam program kerja seketika itu langsung bereskan jangan kemudian ditunda atau meremehkan. Sekecil apapun permasalahan tersebut lebih baik diselesaikan terlebih dahulu. Maka dari itu sebagai kader persyarikatan kita harus bertahap dalam bingkai Step By Step. 

Demikian 3 Poin besar pada intinya kita sebagai kader persyarikatan harus bisa menjadi kader yang benar benar Progesif untuk kemajuan persyarikatan Muhammadiyah dan Ortomnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masta Dan Makasa PK IMM FKIP UM Metro Diikuti Oleh Ratusan Peserta

  Metro - Ratusan peserta antusias untuk mengikuti Masa Ta'aruf (MASTA) dan Masa Kasih Sayang (MAKASA) Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas muhammadiyah (UM) Metro yang bertema "Membangun Mahasiswa FKIP yang berintegritas dan berjiwa sosial melalui semangat keilmuan dan Keislaman" , yang b ertempat di aula Gedung Buya Hamka UM Metro pada Sabtu, (21/09/ 2024 ).  Acara yang diselenggarakan oleh  PK IMM FKIP UM Metro ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro serta untuk penguatan ikatan antar mahasiswa khususnya mahasiswa dilingkungan FKIP. Kegiatan ini diikuti oleh 250 peserta dari seluruh prodi yang terdapat di FKIP UM Metro. Dalam sesi pembukaan, Dekan FKIP UM Metro Dr. Arif Rahman Aththibby M.Pd.Si , menyampaikan bahwa “IMM adalah rumah yang mewadahi setiap HMPS, dengan harapan yang tulus untuk mewujudka...

PK IMM FAI UM Metro Sukses Gelar Futsal: Ajang Silaturahmi dan Solidaritas Mahasiswa

Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Metro sukses menggelar kegiatan futsal dengan tema "Selamat Bermain Futsal". Acara ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas dan berlangsung di lapangan Intan Futsal pada Senin (16/9/2024). Kegiatan ini bukan hanya sekadar ajang olahraga, tetapi juga menjadi sarana silaturahmi antar mahasiswa. Dengan suasana yang penuh semangat dan kebersamaan, acara ini diharapkan mampu mempererat persaudaraan antara anggota IMM dan seluruh peserta yang hadir. Suasana lapangan futsal diisi dengan keceriaan dan semangat kompetisi yang sehat antar peserta. Menurut M. Idham Kholid, Ketua Bidang Seni Budaya dan Olahraga PK IMM FAI UM Metro, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat silaturahmi antar kader IMM. Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan futsal ini menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan solidaritas dan kebersamaan di kalangan kader IMM, serta me...

Gelar DAD, IMM FAI UM Metro Usung Loyalitas dan Progresifitas Kader

  Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Metro sukses menggelar kegiatan Darul Arqam Dasar (DAD) dengan tema "Optimalisasi Nilai Tri Kompetensi Dasar dalam Merekonstruksi Loyalitas dan Progresifitas Kader". Acara yang berlangsung di SMK Muhammadiyah 2 Metro ini berlangsung selama empat hari, mulai dari tanggal 7 hingga 10 November 2024. Kegiatan DAD ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kader IMM tentang nilai-nilai dasar Tri Kompetensi yang meliputi Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas. Selain itu, kegiatan ini juga menekankan pentingnya loyalitas dan progresivitas dalam diri kader IMM sebagai generasi penerus yang mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat dan umat. Selama kegiatan, para peserta mengikuti berbagai rangkaian kegiatan seperti materi penguatan ideologi, diskusi kelompok, serta praktik kepemimpinan dan kerjasama. Dengan didampingi oleh para instruktur dan pemateri berpen...