Pada hakekatnya, penjajahan adalah usaha untuk menguasai sehingga hukum rimba mulai berlaku, yaitu “menguasai atau dikuasai”. Zaman sekarang, penjajahan tidak lagi selalu tentang kekerasan, peperangan, agresi militer, dan sejenisnya. Namun, penjajahan masa kini adalah penjajahan kesadaran. Tiap tingkatan generasi telah ternodai dengan penjajahan kesadaran. Hal serupa juga terjadi pada Mahasiswa yang berkecimpung dalam salah satu organisasi otonom Muhammadiyah dengan nuansa merah maroon, yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, khususnya di Kota Metro, memiliki kuantitas yang terbilang cukup banyak. Kuantitas kader tersebut dapat dilihat saat pelaksanaan Darul Arqom Dasar (DAD).
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa dengan kuantitas kader yang cukup banyak, berbagai acara yang diadakan oleh IMM baik dalam acara komisariat maupun cabang tidak dapat ditampilkan? Tidak hanya ketika acara saja, namun juga pada kepemimpinan dan tanggung jawab kader pada internal organisasi tidak dapat dikatakan efektif.
Banyak kader di berbagai komisariat di Kota Metro yang tidak melaksanakan tupoksinya sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Lagi-lagi, alasan kesibukan dan ketidakfahaman menjadi kambing hitam atas fenomena penjajahan kesadaran tersebut. Tentu alasan tersebut terasa klasik bagi khalayak umum.
Mengutip tujuan IMM yang tertera dalam AD/ART IMM, yaitu “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.” Tujuan IMM dapat dicapai oleh kadernya, karena kader adalah elemen aktif, implementator, aktor, yang akan berperan untuk mencapai tujuan IMM.
Sebagai seorang kader IMM, sudah seyogyanya untuk mengusahakan terwujudnya tujuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tujuan tersebut tentu tidak akan dapat dicapai jika kader IMM tidak mau melawan Penjajahan Kesadaran pada dirinya kemudian menumbuhkan kesadarannya sebagai seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Penjajahan kesadaran ini telah menyebar ke seluruh tubuh Organisasi seperti darah. Penjajahan kesadaran ini harus dilawan mulai dari elemen terpenting, yaitu diri sendiri, kemudian pada bidang organisasi hingga lingkup organisasi yang lebih luas. Jika penjajahan tersebut dibiarkan, maka dampaknya bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga organisasi dan masyarakat. Oleh sebab itu, Kader IMM harus berusaha untuk memerdekakan diri dari penjajahan kesadaran yang telah menyerangnya.
Kader IMM harus mengupgrade kesadaran kolektif dan sensitivitas diri dalam rangka mewujudkan tujuan IMM. Kesadaran kolektif akan terbentuk melalui pemahaman bersama terhadap realitas yang dihadapi. (Makhrus Ahmadi) Ungkapan kesadaran kolektif akan selalu membawa gerakan IMM pada suasana yang lebih dialektis menelaah setiap persoalan, sehingga analisis dan pengelolaan melalui berbagai program menjadi lebih dari sekedar program, agenda biasa tanpa evaluasi. Namun program tersebut dapat dipecahkan dan memiliki dampak yang bertahan lama. Kesadaran kolektif pada akhirnya akan bermuara pada kesadaran struktural, di mana setiap jenjang kepemimpinan memiliki pemimpin politik yang mampu menelaah sisi legal organisasi dan prosedur administrasi serta dapat membentuk kebijakan jangka panjang melalui berbagai program yang terencana dan terjadwal.
Kesadaran kolektif yang terbangun dalam diri kader akan selalu memaknai segala sesuatu yang dilakukannya di IMM sebagai bentuk perjuangan, menyiratkan bahwa segala bentuk bias antar kader, kepentingan individu atau kolektif, dan perbedaan pengetahuan akan lebih mudah disingkirkan demi identitas dan komunitas. Hidup bersama dalam visi perjuangan telah menjadi nilai-nilai yang melekat erat.
Kader akan selalu terikat dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Maka dari itu, ikatlah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dengan simpul yang sangat erat.
Penulis: Laita Muthi Fauziah
Komentar
Posting Komentar